Memuat...

Cocoklogi Agama ke Sains Hasilkan Teori “Pemakan Babi Jadi LGBT”dan Berbagai Teori Konyol?

Memuat...

gama di dunia ini sudah ada sejak dulu kala sebelum dunia modern dengan segala perkembangan sains. Sepertinya semua agama pun terlihat mencerminkan budaya dimana tempanya berada. Dalam sebuah agama pun ada persamaan dengan budaya-budaya sebelum agama tersebut ada. Setelah agama menyebar ke daerah lain pun, biasanya terjadi kembali alkulturasi antara agama dan budaya yang menjadikan perbedaan cara dan kebiasaan suatu agama di setiap daerah. Menjadi tak heran ketika Hindu di Indonesia berbeda dengan di India, Katolik di Jawa pun berbeda dengan di Roma. Lalu tradisi Islam di Indonesia pun tak sama dengan di Arab Saudi. Perbedaan alkulturasi saat ini dengan dulu pada awal mula agama adalah terkait kemudahan informasi baik itu kemudahan pencatatan, penyebaran dan validasi.

Semua umat beragama pasti mengatakan agamanya adalah yang paling benar. Itu wajar dan lumrah karena dasar agama adalah keyakinan. Selagi keyakinan itu berdampak baik bagi tatanan kehidupan, saya rasa tak akan ada yang keberatan. Tetapi jika keyakinan sudah merusak akal budi manusia, menghancurkan tatanan kehidupan, menyebarkan hal yang menyesatkan, itu yang kurang tepat dan kita harus berani bersuara, apalagi agama itu dibutuhkan penafsiran dan setiap penafsir pun akan menghasilkan sesuatu yang berbeda-beda.

Terkait penafsiran yang berbeda pun selagi itu bersifat tak memaksa dan tak berpotensi merusak tatanan kehidupan pun tak masalah. Kecuali, jika sebuah penafsiran yang dapat merusak sebuah kebenaran terkait fakta sains, ini yang berbahaya karena bisa membawa manusia mundur ke belakang karena sebuah penafsiran semata.

Orang yang terlampau membabi buta dalam beriman hampir sulit mengakui kalau sains dan agama mestinya tidak boleh dicocoklogikan. Ketika ilmu pengetahuan terkait sains dicocoklogikan maka berpotensi mengaburkan hasil riset atau fakta yang sudah ada dengan sebuah keyakinan tanpa riset dan fakta.

Kita akan mengambil sebuah contoh sebuah video yang viral terkait pernyataan seseorang yang sudah dianggap sebagai tokoh agama dan kebanyakan membagikan tips kesehatan yang disertai dengan bumbu agama. Saya pun sudah banyak melihat video yang kerap dishare oleh teman-teman di medsos. Isinya pun terkadang tak jauh beda dengan kebiasaan pengobatan alternative yang ada di Indonesia, warisan dari simbah-simbah zaman dulu.Bedanya adalah, dokter yang kini disebut ustad tersebut membumbuinya dengan agama, tetapi simbah zaman dulu tidak, atau ada juga yang dibumbui dengan mantra jawa “tombo teko loro lungo”.

Tips hidup sehat yang kerap dibalut dalam dakwah sebenarnya sangat berbahaya karena berpotensi dipercaya tanpa akal sehat dan mengalahkan refrensi medis. Salah satu contoh yang menjadi kontraversi adalah terkait penyataan bahwa kebanyakan makan daging babi menyebabkan LGBT. Padahal faktanya, bukan pemakan babi saja yang LGBT, orang gak makan babi pun ada yang LGBT. LGBT sendiri pun kebanyakan karena pengaruh lingkungan dan itupun gak serta merta kalau tak terpengaruh dan terbawa. Bukan karena makan babi.

Soal haram dan halal terkait makanan terserah saja diyakini sesuai dengan agamanya masing-masing. Jika alasannya makan babi haram karena berpotensi sebagai pemicu atau sumber penyakit, semua hewan ternak pun memiliki potensi yang sama jika tidak melalui proses memasak dan pemeliharaan yang baik. Misalnya kambing, sapi pun memiliki potensi pembawa Anthrax, unta pun menjadi hewan pembawa virus MERS dan lain sebagainya.

Lalu ada juga yang karena memiliki keyakinan tinggi tak mau melakukan imunisasi karena ketakutan teori konspirasi dan lain sebagainya. Ini yang saya rasa perlu diobati sudut pandang dan penafsirannya.

Soal meyakini segala sesuatu tentang agama adalah hak setiap orang, tetapi sebaiknya tetap menggunakan akal budi dengan baik supaya tidak menelan mentah-mentah perumpamaan yang ada dalam agama menjadi perintah langsung. Atau menelan mentah-mentah perintah agama yang semestinya dalam pengkondisian tertentu.

Cocoklogi serampangan akan berpotensi menimbulkan teori-teori yang menyesatkan. Sejarah-sejarah pun akan diplintir seperti menganggap Candi Borobudur sebagai peninggalan nabi Sulaiman. Atau perumpamaan untuk membuat sebuah cerita menggelegar seperti “ketika pedang dihunus, matahari pun berhenti mengelilingi bumi” dijadikan rujukkan bahwa matahari benar-benar mengelilingi bumi, padahal proses panjang sains sudah menjelaskan bahwa bumilah yang mengelilingi matahari.

Mungkin banyak cocoklogi agama ke sains bermula dari ketakutan kitab suci bisa dianggap usang karena berkembangnya sains, padahal dalam kitab suci itu ada hal yang tak dimengerti oleh orang yang takut akan hal itu, salah satunya yaitu kebahagiaan spiritual secara hakiki yang tak dapat diberikan oleh sains yaitu soal kebahagiaan hati dalam menjalani kehidupan yang serba tak pasti.
Memuat...

0 Response to "Cocoklogi Agama ke Sains Hasilkan Teori “Pemakan Babi Jadi LGBT”dan Berbagai Teori Konyol?"

Posting Komentar

Loading...